Konsumsi masyarakat pada saat menjelang lebaran tentunya sudah diketahui akan adanya lonjakan permintaan dari konsumen, terutama pada saat malam takbiran konsumsi masyarakat sangat meningkat drastis dari hari biasanya.

Pada butik FLO GS 25G NO.2 di depok town square, berdasarkan data penjualan yang diperoleh menyatakan bahwa penjualan pada saat malam takbiran mencapai 34 potong pakaian, dengan omzet penjualan berkisar Rp 1700000. Jika dibandingkan dengan penjualan pada hari biasa, penjualannya hanya berkisar 0-8 potong pakaian saja dengan omzet penjualan berkisar dari Rp 0 sampai Rp 400000. peningkatan konsumsi ini mungkin disebabkan oleh faktor budaya. Sudah kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia mempunyai banyak budaya, salah satunya adalah lebaran dan pulang kampung. Hal ini memicu motivasi seorang konsumen untuk mengkonsumsi lebih banyak daripada biasanya. Mungkin si konsumen ingin membeli barang (baju) untuk saudara-saudaranya yang ada di kampung. Ada juga membeli pakaian baru untuk lebaran dan hal ini saya rasa sudahlah masuk dalam budaya kita bahwa saat lebaran harus mempunyai baju baru.

Jika dibandingkan dengan tenant-tenant lain yang berada di lantai 1, omzet penjualan butik FLO sangatlah tertinggal jauh. Pada hari biasa, tenant-tenant yang berada di lantai 1 dapat mencapai omzet kurang lebih sekitar Rp 1 juta, apalagi jika menjelang lebaran bisa mencapai 5-10 kali lipatnya.
Saya berpendapat jika alangkah baiknya butik FLO memperbaiki item-item yang di jual sebaiknya di segmentasikan menjadi suatu produk yang khusus. Misalnya rancangan awal butik FLO sebenarnya adalah sebuah butik yang cukup punya kelas dilihat dari tempatnya, namun sayangnya item yang di jual terbilang campur aduk.